Sempat bahagia

Kenalkan aku seorang perasa yang bertepuk sebelah tangan. Sebelum kamu pergi, dulu aku sempat bahagia. Ya, sebahagianya kamu dengan yang sekarang. Setelah lepas dari itu aku mencari, hingga aku menaruh hati.

Aku yang terlalu berekspetasi ingin menjadi miliknya dengan ego yang sangat besar. Awalnya berjalan dengan mulus, tapi lama kelamaan ternyata aku salah satunya dari dua atau tiga yang lainnya bukan satu-satunya. Semenjak itu aku yang terlalu mendengarkan omongan orang lain, tanpa mengikuti kata hati. Semuanya berantakan, dengan aku yang egois.

Ternyata segala sesuatunya tidak ada yang mudah. Apalagi dengan menerima kenyataan. Hingga pada titik aku merasa bosan berjuang seperti tanpa dihargai. Tapi senangnya kamu, hanya melihat lalu mengabaikan. Kamu harus tahu itu adalah bagian dari balasan kamu terhadap apa yang aku lakukan, dan tidak lupa juga sangat pahit. Bayangkan saja kita menyeduh kopi setelah jadi lalu diminum, tapi lupa tanpa gula. Pahit, bukan?

Sekarang akal sehatku mulai sadar. Berpikir bahwa semua itu tidak akan pernah menjadi tujuan hidup yang tadinya aku proses. Aku lelah, sangat lelah. Hingga aku akan berhenti dengan semuanya. Termasuk menyangkut dengan kehidupanmu.

Terimakasih, bulan kemarin sangatlah indah.
Tanpamu, mungkin aku tidak punya sesuatu yang dapat dikenang.
Aku sempat bahagia, sebelum semuanya seperti ini.
Dengannya maupun denganmu, itu pengalamanku.

Komentar

Postingan Populer